RI Bangun RS Ibu dan Anak di Gaza, 75% SDM dari Indonesia

RI Bangun RS Ibu dan Anak di Gaza, 75% SDM dari Indonesia

jewishwny.com – RS Ibu dan Anak di Gaza dibangun dengan kerja sama antara Yayasan Maemuna Center Indonesia dengan Aqsa Working Group (AWG). Rumah sakit ini akan dibangun untuk memberikan akses kesehatan bagi ibu dan anak di Gaza yang terimbas oleh konflik.

“Baca juga : Masjid Pertama di Dunia Dibangun Menggunakan Printer 3D”

Pembangunan RSIA Indonesia direncanakan melibatkan 25% warga Gaza dan 75% relawan dari Indonesia. Proyek ini memiliki tujuan besar: menciptakan rumah sakit yang menjadi karya anak bangsa Indonesia. Ketua Tim Konstruksi RSIA Indonesia, Ir. Edy Wahyudi, menekankan bahwa seluruh proses pembangunan, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan, dilakukan oleh tim Indonesia.

Pembangunan rumah sakit ini menjadi langkah nyata untuk mendukung sektor kesehatan di Gaza. Hal ini sangat dibutuhkan mengingat serangan Israel yang merusak banyak fasilitas kesehatan di Gaza dan mengakibatkan banyak ibu hamil kehilangan akses perawatan yang layak. Mantan Menteri Kesehatan Indonesia, Siti Fadilah Supari, menyebutkan bahwa banyak rumah sakit yang rusak parah, menghambat layanan medis bagi perempuan dan anak-anak.

Ketua Maemuna Center Indonesia, Onny Firyanti Hamidi, menjelaskan bahwa pembangunan rumah sakit ini juga sebagai bentuk solidaritas bangsa Indonesia untuk Palestina. “Kami ingin memastikan bahwa perempuan dan anak-anak di Gaza mendapatkan akses layanan kesehatan yang layak,” ujarnya.

Kerjasama antar negara

RSIA Indonesia akan dibangun di Gaza City, tepatnya di lokasi Rumah Sakit Anak Al-Rantisi yang telah rusak. Dibangun di atas tanah wakaf seluas 5.000 meter persegi, dengan total luas bangunan mencapai 10.310 meter persegi. Fasilitas rumah sakit ini akan mencakup 100 kasur rawat inap, ruang gawat darurat, ICU, ruang persalinan, ruang bedah, klinik rawat jalan, laboratorium, farmasi, serta ruang-ruang lainnya.

Proyek RSIA Indonesia diperkirakan memerlukan dana sebesar Rp402 miliar, dengan penggalangan dana tahap pertama sebesar Rp201 miliar. Pembangunan rumah sakit ini diharapkan selesai dalam dua tahun, tergantung situasi dan kondisi di lapangan.

Setelah rumah sakit selesai, tenaga medis yang diutamakan untuk bekerja adalah tenaga lokal Gaza. Namun, jika memungkinkan, tenaga medis dari Indonesia juga akan diundang untuk bekerja di sana. Ketua Presidium AWG, M. Anshorullah, menyatakan bahwa banyak tenaga medis Indonesia yang siap berkontribusi untuk membantu rakyat Gaza.

Proyek yang melibatkan Kementerian Luar Negeri RI, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Baznas RI, dan lebih dari 30 organisasi kemanusiaan Indonesia. Program ini juga mendapat dukungan dari Kementerian Kesehatan Gaza.

“Baca juga : Puncak Mudik Naik Pesawat 29 Maret, Beberapa Rute Sold Out”

Dengan pembangunan rumah sakit ini, diharapkan dapat mengurangi dampak buruk akibat konflik yang berlangsung dan memberikan akses kesehatan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Gaza.