jewishwny.com – Pakar UGM Prof. Tadjuddin Noer Effendi, pakar ketenagakerjaan dari Fisipol UGM, menyatakan lemahnya sinergi antara pendidikan dan kebutuhan industri sebagai penyebab utama. Lulusan sekolah menengah dan universitas mendominasi jumlah pengangguran. Kondisi ini menunjukkan pasar kerja tidak mampu menyerap angkatan kerja muda dengan baik
“Indonesia Emas mungkin hanya impian jika kita kehilangan tenaga potensial untuk membangun negara. Bagaimana mewujudkannya tanpa menyerap mereka ke dalam lapangan kerja?” ujarnya.
“Baca juga : Ini Penyebab Pembuluh Darah Pecah pada Suami Najwa Shihab”
Menurut Tadjuddin, pertumbuhan angkatan kerja tidak seimbang dengan perluasan lapangan kerja. Ketidakcocokan kompetensi lulusan dengan kebutuhan pasar semakin memperburuk situasi. Pemerintah dinilai gagal menjembatani kesenjangan ini. Kondisi ini tidak hanya mengancam stabilitas ekonomi tetapi juga memicu masalah sosial seperti kemiskinan, kriminalitas, dan penurunan daya saing masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi nasional yang melambat menekan sektor manufaktur dan jasa serta berdampak serius pada ketenagakerjaan. Jumlah lapangan kerja terus menyusut, sehingga kesempatan kerja bagi pencari kerja semakin sempit. Akibatnya, angka pengangguran melonjak, terutama di kalangan lulusan sekolah menengah dan perguruan tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Februari 2025, pengangguran terbuka mencapai 7,28 juta orang atau 4,76% dari total angkatan kerja. Angka ini naik 83.000 orang dibanding tahun sebelumnya.
Tadjuddin menekankan perlunya langkah konkret pemerintah untuk memperluas lapangan kerja. Ia merekomendasikan pelatihan peningkatan kompetensi, pengembangan UMKM, dan revitalisasi program Kartu Prakerja.
“Karena banyak tenaga kerja berpendidikan, pemerintah harus merevitalisasi pendidikan, terutama pelatihan vokasi,” tambahnya.
Ia mendorong pendidikan terapan yang langsung menghubungkan lulusan dengan industri. Selain itu, pelatihan berbasis digital perlu dikembangkan mengikuti perkembangan teknologi yang membutuhkan keterampilan baru.
Opsi lowongan pekerjaan
Jika penciptaan lapangan kerja dalam negeri tidak cukup, Tadjuddin menyarankan pemerintah memanfaatkan peluang kerja di luar negeri. Beberapa negara masih membutuhkan banyak tenaga kerja.
“Penyaluran tenaga kerja ke luar negeri bisa menjadi solusi alternatif. Pemerintah harus menjamin keamanan dan perlindungan pekerja melalui skema government-to-government,” jelasnya.
Tadjuddin berharap pemerintah merumuskan strategi realistis untuk mengatasi pengangguran yang semakin kompleks. Tanpa penanganan serius, dampaknya akan meluas ke berbagai sektor. Perlambatan ekonomi nasional dalam beberapa tahun terakhir telah memicu banyak perusahaan melakukan PHK massal.
“Gabungan PHK dan pengangguran usia muda berpendidikan mendorong kenaikan angka pengangguran. Pemerintah harus segera membuat kebijakan untuk mengatasi masalah ini,” tegasnya.
Pemerintah perlu memperkuat kolaborasi antara sektor pendidikan dan industri, meningkatkan pelatihan vokasi, serta membuka lebih banyak lapangan kerja dalam dan luar negeri. Tanpa upaya serius, pengangguran terdidik akan terus menjadi beban bagi pembangunan nasional.