Tradisi Menjelang Ramadan di Jawa Timur, Warisan Leluhur
jewishwny.com – Menjelang Ramadan di Jawa Timur masyarakat Jawa Timur menggelar berbagai tradisi unik yang sarat makna spiritual dan budaya. Tradisi-tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari ritual keagamaan, tetapi juga mempererat hubungan sosial dan melestarikan kearifan lokal. Berikut tujuh tradisi unik di Jawa Timur yang selalu dinantikan masyarakat saat menyambut Ramadan.
“Baca juga : Carles Puyol Pantau 11 Talenta Muda Indonesia di Starbol”
Warga Gresik menjalani tradisi mandi bersama di Sendang Sono untuk menyucikan diri sebelum memasuki bulan Ramadan. Mereka percaya, ritual ini mampu membersihkan dosa dan mempersiapkan diri secara spiritual. Sendang Sono juga menjadi lokasi ritual Rebo Wekasan yang digelar setiap bulan Safar untuk memohon perlindungan dari bala.
Di Jombang, masyarakat menyambut Ramadan dengan tradisi Gerebeg Apem. Mereka membuat gunungan apem yang kemudian diarak keliling kota sebelum dibagikan kepada warga. Apem melambangkan permohonan maaf, berasal dari kata “afwan” dalam bahasa Arab. Tradisi ini mengajarkan nilai saling memaafkan agar ibadah puasa berjalan dengan hati yang bersih.
Warga Nganjuk menggelar tradisi Nyadran Sonoageng dengan membawa sesaji jolen dalam arak-arakan dari balai desa menuju makam leluhur. Tradisi ini menjadi ungkapan syukur kepada Tuhan sekaligus doa agar masyarakat terhindar dari marabahaya. Prosesi ini mempererat kebersamaan dan mengingatkan pentingnya menjaga hubungan dengan leluhur serta sesama.
Menjelang Ramadan, warga Pasuruan beramai-ramai mencuci karpet masjid dan musala di mata air Umbulan. Sumber air alami yang jernih ini dipercaya dapat membersihkan karpet dengan sempurna. Selain menjaga kebersihan tempat ibadah, tradisi ini menjadi ajang gotong royong yang mempererat hubungan antarwarga.
Seminggu sebelum Ramadan, masyarakat Blitar menjalankan tradisi Unggahan. Mereka membawa berkatan berupa nasi kotak berisi lauk-pauk khas, seperti ayam, tahu, dan mi. Kue apem turut dibawa sebagai simbol permohonan maaf. Setelah berkumpul, warga menggelar doa bersama untuk mendoakan leluhur dan mempersiapkan diri menyambut bulan suci.
Warga Jember menyambut Ramadan dengan tradisi Buto-butoan, yang memadukan budaya jaranan dan ondel-ondel. Meski menampilkan sosok “buto” atau raksasa, tradisi ini tidak menyeramkan. Sebaliknya, Buto-butoan menjadi hiburan rakyat yang menggambarkan suka cita menyambut bulan penuh berkah.
Di Bangkalan, Madura, masyarakat menyambut Ramadan dengan tradisi Ngosaran, yaitu membersihkan makam keluarga. Selain membersihkan area pemakaman, keluarga juga berdoa untuk arwah leluhur. Tradisi ini mempererat hubungan antaranggota keluarga yang jarang bertemu sekaligus menjadi bentuk penghormatan kepada orang tua yang telah tiada.
“Baca juga : 9 Tempat Wisata Populer Dulu, Kini Sepi Pengunjung”
Setiap tradisi menjelang Ramadan di Jawa Timur mencerminkan nilai kebersamaan, penghormatan terhadap leluhur, dan persiapan diri secara spiritual. Meskipun zaman terus berkembang, masyarakat tetap melestarikan tradisi ini sebagai bagian dari identitas budaya yang diwariskan turun-temurun.
jewishwny.com - RS Ibu dan Anak di Gaza dibangun dengan kerja sama antara Yayasan Maemuna…
jewishwny.com - Kemendikbud luncurkan kurikulum Koding dan kecerdasan buatan (AI) yang akan diterapkan di sekolah-sekolah…
jewishwny.com - Perjalanan mata uang pada masa Nabi Muhammad SAW, umat Islam belum memiliki mata…
jewishwny.com - Tradisi unik puasa ramadan di setiap negara memiliki tradisi yang berbeda dalam menjalani…
jewishwny.com - Panggilan Sayang Adam Rosyadi kepada Agnez pun menjadi sorotan publik. Hal ini cukup…
jewishwny.com - Bimbing Ratusan Orang Koko Rahmat, Ketua DKM Masjid Lautze Dua Bandung, menjadi saksi…